Autobiografi Dhifah Amaliyah
Namaku Dhifah Amaliyah, lahir di Lamongan, Jawa Timur, tepatnya pada tanggal 09 Maret 2003. Kini berusia 17 tahun. Seorang anak dari buruh tani yang mempunyai cita-cita setinggi langit. Mengenyam bangku Pendidikan MI dan MTs di desa saya sendiri, yaitu MI Miftahul Huda dan MTs. Al-Ihsan, kemudian melanjutkan Pendidikan di SMA Dr. Musta’in Romly. Lulus tahun 2021 dan berhasil meraih prediket wisudawan terbaik kategori jurusan IPS. Kemudian meneruskan perjalanan di Universitas Negeri Semarang. Adapun pencapian saya selama SMA adalah, Juara III Cerdas Cermat Pramuka Jawa Timur, Juara II Pidato Bahasa Inggris Se-Karasidenan, Juara III Film Pendek Jawa Timur dan Juara Harapan II Esai Nasional di UISI. Gagal sepuluh kali masuk perguruan tinggi sebelum pada akhirnya diterima di Unnes. Bangkit
berulang kali bersama doa dan harapan orang tua agar bisa masuk universitas
negeri. Sehingga menemukan diri saya sebagai sosok yang bergairah dalam
menjalani hidup, semangat dan senantiasa tak kenal putus asa atau pantang
menyerah. Namun, juga mendapati diri saya, masih terdapat secuil ketakutan dan
keraguan untuk menapaki kehidupan yang menantang ini, takut gagal, ragu untuk
berani berbeda.
Ingin memaknai dan memanfaatkan kehidupan tidak hanya
dihabiskan untuk makan, minum, tidur, jalan-jalan. Lebih dari itu, dalam sisa
hidupku, ingin menjadi sosok yang bisa bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
Mengabdikan diri pada Tuhan dan manusia. Karena memang inilah sebuah kewajiban
sebagai manusia. Dan memikirkan kehidupan setelah kematian, sehingga membuat
saya benar-benar ingin menjadi manusia yang bermanfaat dengan cara menjadi atau
melalui profesi sebagai GURU atau DOSEN di luar negeri, sembari memperjuangkan
dan menyebarluaskan agama Islam ke penjuru dunia. Hal-hal yang membuat saya
yakin bisa mencapai mimpi tersebut, saya adalah mahasiswi program Pendidikan,
tepatnya Pendidikan Akuntansi. Kedua, potensi pendukung atau support dari
lingkungan untuk menjadi seorang guru atau dosen, sehingga ini modal kekuatan
untuk lebih bersemangat dalam menggapai mimpi tersebut. Kemudian, faktor dalam
diri saya sendiri, motivasi-motivasi, semangat, pantang menyerah merupakan
potensi yang utama menjadi guru, dimana faktor ini sangat dibutuhkan terkait
pengajaran kepada masyarakat. Terus mengasah dan mengupgrade skill dan
kemampuan saya, melalui organisasi-organisasi yang ada di kampus, yang sesuai
dengan minat dan bakat saya, yang dirasa sejalan dengan karakter diri saya.
Selain itu, memanfaatkan waktu luang dengan mengajar Al-Qur’an kepada anak-anak
di musholla termasuk salah satu langkah untuk bisa memaksimalkan potensi diri
sendiri. Aktif dalam bidang akademik maupun non akademik.
Hal-hal yang membuat saya Bahagia, dimulai dari hal
terkecil, ketika saya mulai merasa bahwa saya mampu menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan maupun permasalahan-permasalahan yang berat, yang mungkin
orang-orang bahkan menyerah ketika di posisi saya, hal terebut adalah
kebahagiaan dan sebuah kesyukuran. Selain itu, Bahagia adalah ketika saya bisa
ibadah dengan khusyuk dan rajin, bisa berbuat baik. Juga ketika saya bisa
membahagiakan keluarga maupun orang lain, bisa berbagi sesuatu kepada orang
lain adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Menjumpai Dhifah Amaliyah sebagai sosok yang berani berbeda, antusias,
pemberani, tidak takut gagal. Menanamkan di jiwa sebuah motivasi “IMPIAN WAJIB
DIBELA MATI-MATIAN, MESKI HIDUP DIGELUNG NESTAPA TAK BERKESUDAHAN”-Difa 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar